KUMPULAN DONGENG ANAK TK/RA/PAUD
-Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang
Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling
bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka
memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan
mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan
lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke
atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan
sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke
seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang
yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di
atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan
menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu
dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai
pemenang di perkelahian tadi.
Rasa sombong menyebabkan kejatuhan
-Anak Kambing dan Serigala
Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh
penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak
kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir
atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala
itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang
penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada
saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia
merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan
menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.
Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu,"
kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu
katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah
atap yang berbicara dan bukan kamu."
Jangan kamu berkata sesuatu yang tidak kamu ingin katakan terus menerus
-Burung Elang dan Burung Gagak
Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar seekor anak
domba dengan kukunya dan membawanya pergi jauh ke angkasa, seekor burung
gagak melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan
bahwa dia mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung
elang tersebut. Dan dengan membuka sayapnya lebar-lebar kemudian
terbang di udara dengan galaknya, dia meluncur kebawah dan dengan cepat
menghamtam bagian punggung seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk
terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa mengangkat domba
tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi karena kukunya telah terjerat
pada bulu domba, walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan
itu terlalu sulit untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus ada dan
tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.
Seorang pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan
sayapnya berusaha melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang
telah terjadi, pengembala itupun berlari dan segera menangkap burung itu
dan mengikat dan mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang
sore dia memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya di rumah untuk
bermain.
"Betapa lucunya burung ini!" mereka sambil tertawa, "ini disebut burung apa ayah?"
"itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab dia adalah dia seekor burung elang."
Jangan biarkan kesombonganmu membuat kamu lupa diri akan kemampuanmu
-Semut dan Belalang
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah
bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan,
mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama
musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah
biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut
itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah
mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang
ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang
Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari,
musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah
lagu tersebtt telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya
kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan
melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
-Si Pelit
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat
yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana
dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali
satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia
sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang
mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan
suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut
dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih
dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa
emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan
mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan
membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk
berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
-Singa dan Tikus
Seekor singa sedang tidur dengan lelap di dalam hutan, dengan kepalanya
yang besar bersandar pada telapak kakinya. Seekor tikus kecil secara
tidak sengaja berjalan di dekatnya, dan setelah tikus itu sadar bahwa
dia berjalan di depan seekor ringa yang tertidur, sang Tikus menjadi
ketakutan dan berlari dengan cepat, tetapi karena ketakutan, sang Tikus
malah berlari di atas hidung sang Singa yang sedang tidur. Sang Singa
menjadi terbangun dan dengan sangat marah menangkap makhluk kecil itu
dengan cakarnya yang sangat besar.
"Ampuni saya!" kata sang Tikus. "Tolong lepaskan saya dan suatu saat nanti saya akan membalas kebaikanmu."
Singa menjadi tertawa dan merasa lucu saat berpikir bahwa seekor tikus
kecil akan dapat membantunya. Tetapi dengan baik hati, akhirnya singa
tersebut melepaskan tikus kecil itu.
Suatu hari, ketika sang Singa mengintai mangsanya di dalam hutan, sang
Singa tertangkap oleh jala yang ditebarkan oleh pemburu. Karena tidak
dapat membebaskan dirinya sendiri, sang Singa mengaum dengan marah ke
seluruh hutan. Saat itu sang Tikus yang pernah dilepaskannya
mendengarkan auman itu dan dengan cepat menuju ke arah dimana sang Singa
terjerat pada jala. Sang Tikus kemudian menemukan sang Singa yang
meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari jala yang menjeratnya. Sang
Tikus kemudian berlari ke tali besar yang menahan jala tersebut, dia
lalu menggigit tali tersebut sampai putus hingga akhirnya sang Singa
dapat dibebaskan.
"Kamu tertawa ketika saya berkata akan membalas perbuatan baikmu," kata
sang Tikus. "Sekarang kamu lihat bahwa walaupun kecil, seekor tikus
dapat juga menolong seekor singa."
Kebaikan hati selalu mendapat balasan yang baik.
-Kera dan Ayam
Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor
kera. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si
kera. Pada suatu petang Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan.
Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia
menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam meronta-ronta
dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah
tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejati darinya.
Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting.
Disana ia disambut dengan gembira. Lalu Si Ayam menceritakan semua
kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Kera.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si
Kera. Ia berkata, “marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti
persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera.
Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar
ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan
mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang.
Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari
berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai ditengah
laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si
Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu.
Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan
tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke
darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena tidak
bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.
-Timun Emas
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal
di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka
belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar
segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat
tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu
kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,”
kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada
syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,”
sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena
itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap
hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin.
Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu
masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu.
Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi
perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka
memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat
takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang
kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang
bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui
anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah
kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah
secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela
kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia
menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun
menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun
Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam
itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun
terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil
menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia
mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa.
Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa.
Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan
diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka
Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji
mentimun ajaib. Seketika tulbuhlah kebun mentimun yang sangat luas.
Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang
segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama
kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun
dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat
ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi
udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas
terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai
Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia
tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang
tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat.
Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan
anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Terimakasih info nya
BalasHapusSip mendidik
BalasHapusLucky Club: Play Online Casino & Win Big | Live Dealers
BalasHapusJoin us today to luckyclub.live receive up to £3000 + 50 Free Spins on Lucky Club, the popular online casino slot game for live dealers.